alt "Bahkan Hewan Pun Tidak Sudi Kawin Sesama Jenis!!" Benarkah Begitu?


Note: Perkenalkan, saya adalah Yonaso, kontributor baru di blog ini. Yah, sebenarnya kontributor lama, tapi karena belum dapat mood untuk menulis maka selama ini saya hanya menjadi editor & tukang post jika Sang Owner berhalangan. Baiklah. Sebelum artikel ini malah menjadi seperti kolom deskripsi user profile dari sebuah aplikasi dengan logo berwarna oranye, sebaiknya saya segera masuk ke topik.


Disclaimer: Artikel ini sama sekali tidak bermaksud mendukung maupun menolak gerakan Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT).


----------------------------------------


Jika berbicara tentang LGBT di Indonesia, tentu pikiran kita akan tertuju pada kebencian sebagian besar rakyat negara kita ini yang teramat mendalam. Berdasarkan data EqualDex (2023), Republik Indonesia menduduki peringkat ke-162 dari 197 negara dalam tingkat toleransi terhadap LGBT dan para pelakunya, dengan equality index sebesar 21/100, legal index sebesar 23/100, serta public opinion index sebesar 19/100. Ya, se-jeblok itu. Seandainya itu adalah nilai ulangan, pasti gesper milik orangtua sudah melayang berkali-kali. Tak heran kita sering mendengar berita tentang kaum LGBT yang menjadi korban diskriminasi dan kekerasan. Tidak jarang pula kita mendengar perkataan: "Pelaku LGBT lebih rendah dari hewan!! Bahkan hewan pun tidak sudi kawin sesama jenis!!"


Namun, karena topik bahasan kali ini bukanlah Hak Asasi Manusia, maka saya tidak akan membahas lebih lanjut tentang ketidaksetaraan tersebut. Saya hanya ingin meluruskan anggapan yang tertera di judul artikel, dan inilah alasan terteranya disclaimer di atas. Oh, ya. Dalam artikel ini terdapat sejumlah kata-kata yang mungkin akan tetap membuat pembaca merasa tidak nyaman walaupun sudah disensor. Jadi, jika anda tidak yakin dengan ketahanan anda terhadap bahasan seperti ini, silakan pindah ke artikel lain.


Benarkah hewan pun tak sudi kawin sesama jenis? Well, hasil pencarian saya menunjukkan bahwa lebih dari 1.500 spesies binatang di muka Bumi ini pernah tertangkap basah kawin dengan sesama jenis. Aksi yang mereka lakukan beragam, mulai dari yang masih ringan seperti 'menunggang' dan yang sudah tergolong parah seperti ejakulasi (ScientificAmerican, 2019). Sebenarnya jika dibandingkan dengan jumlah total spesies yang pernah ditemukan oleh manusia, yakni 2.160.000 spesies, angka ini terbilang sangat kecil (OurWorldinData, 2022). Meski begitu, mereka tersebar secara merata pada berbagai kelompok hewan, mulai dari mamalia hingga serangga. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pernyataan: 'hewan tidak kawin dengan sesama jenis' adalah keliru.


Eits, tapi tunggu dulu. Sabar dulu. Manusia dan hewan-hewan tadi memang sama-sama melakukan s*** dengan sesama jenis. Akan tetapi, apakah penyebabnya sama dengan yang terdapat pada manusia homoseksual? Inilah yang perlu kita cari tahu lebih lanjut. Pasalnya, alasan dari perbuatan tersebut bisa beragam, bukan cuma satu. Dilansir dari BBC (2015), berikut ini adalah faktor-faktor penyebab yang dapat memicunya:


1. Belum Memiliki Kemampuan Mengenali Jenis Kelamin

Tidak semua hewan terlahir dengan kemampuan mengenali jenis kelamin. Contohnya lalat buah jantan. Pada awal masa kehidupannya mereka akan kawin dengan lalat-lalat lain tanpa melihat jenis kelamin mereka. Namun, lama-kelamaan mereka akan belajar membedakan bau individu betina dan bau individu jantan.


2. Strategi Reproduksi yang Cerdas

Pembuahan langsung tentunya merupakan sebuah aksi yang memakan tenaga bagi pejantan. Apalagi risikonya besar karena harus bersaing dengan pejantan lain. Jadi, masuk akal apabila individu jantan dari spesies kumbang tertentu menggauli sesama jantan sampai meninggalkan cairan sp**ma miliknya. Hal itu bisa saja dilakukan supaya cairan itu nantinya secara tanpa sengaja ke dalam tubuh betina saat jantan tersebut kawin beda jenis. Atau dengan kata lain, demi meminimalir risiko melalui perkawinan tidak langsung. Sebuah strategi yang cerdas, bukan?


3. Strategi Sosial

Selain untuk strategi reproduksi, hubungan seksual sesama jenis juga bisa digunakan sebagai strategi sosial. Pengamatan menunjukkan bahwa Bonobo menggunakan cara tersebut untuk meredakan ketegangan setelah konflik dan mengakrabkan diri dengan individu-individu yang punya status tinggi di kawanannya. Bisa dibilang, mirip dengan ketika manusia caper kepada guru atau atasannya dengan tujuan memperoleh status favorit. Caranya saja yang beda.


4. Sekedar Demi Sensasi yang Lebih Baik

Mungkin terdengar tidak bisa diterima, tapi pada spesies tertentu inilah jawaban yang paling kuat, setidaknya untuk saat ini. Contohnya bisa dilihat pada monyet Jepang atau makaka Jepang yang tidak sesuai dengan ketiga faktor penyebab lain di atas. Pada monyet Jepang, justru yang berhubungan s*** dengan sesama jenis adalah betinanya. Bahkan, para betina tersebut kadang lebih memilih sesama betina padahal di habitatnya jelas-jelas ada pejantan yang tersedia dan tertarik dengannya, sehingga perebutan pasangan kawin antara makaka Jepang jantan dan betina bukan lagi sesuatu yang tidak wajar. Padahal, tindakan tersebut tak terlihat berpengaruh signifikan terhadap status sosial mereka di kawanan (NWF, 2023). Masa hidup makaka Jepang juga cukup panjang, jadi tidak mungkin saat mencapai kedewasaan seksual mereka masih tidak bisa membedakan jenis kelamin.


Berdasarkan hasil pengamatan Paul Vasey dari Universitas Lethbridge bersama timnya, monyet Jepang betina punya gaya berhubungan seksual yang lebih beragam dibandingkan monyet Jepang jantan, dan ini dapat penyebab yang paling masuk akal pada kasus mereka. Ya, sesimpel itu. Tidak kurang, tidak lebih. Mirip dengan manusia LGBT, mereka terikat secara keintiman. Walau tetap ada bedanya, sih.  Soalnya monyet-monyet betina tersebut tidak terikat secara emosional.


Meski begitu, karena tahu hubungan sesama jenis secara alamiah tidak akan mampu menghasilkan keturunan, maka monyet-monyet Jepang yang bersangkutan juga berhubungan seksual dengan pejantan. Hal yang sama berlaku untuk Bonobo dan kumbang tadi. Jadi, yah, mereka bukan homoseksual eksklusif. Saat ini, selain manusia, hewan yang menunjukkan perilaku homoseksual eksklusif atau setia pada pasangan sesama jenisnya cuma domba. Itu pun cuma pernah ditemui pada domba yang sudah didomestifikasi saja. Ya, setelah tadi golongan biseksual, kini golongan homoseksual yang bisa bernapas lebih lega. Setidaknya mereka jadi tahu kalau mereka punya 'teman', walaupun itu hanya membuktikan bahwa perilaku homoseksual maupun biseksual juga eksis di alam. Tidak lebih dari itu.


Mungkin kalian akan berpikir: "Wah, parah sekali mereka melanggar kodrat cuma gara-gara nafsu". Nah, di sinilah letak kekeliruannya. Memangnya hewan paham soal itu? Kenapa hewan harus punya moral seksual yang sama dengan kita? Kok, kita ngatur-ngatur begitu padahal sudah tahu kalau otak mereka beda dengan otak kita? Kita tidak berhak mengatur alam.


Dengan demikian, terpatahkan pula pernyataan bahwa tidak ada hewan yang berhubungan sesama jenis karena ketertarikan seksual semata. Argumentasi ini tak lagi efektif digunakan dalam kampanye anti-LGBT. Hari ini, kita belajar untuk berhati-hati dalam mengeluarkan argumen. Seandainya kita ada di pihak yang benar pun, jika penolakan kita terhadap pihak lawan membabi buta maka ujung-ujungnya niat mulia kita akan dirusak oleh informasi keliru yang kita sebarkan. Sebab fakta bahwa penyebaran informasi keliru adalah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan tidak akan berubah, tidak peduli apakah yang menyebarkannya pro-LGBT atau kontra-LGBT.


Referensi:


BBC (2015). Apakah ada binatang yang homoseksual? 


EqualDex (2023). LGBT Equality Indexhttps://www.equaldex.com/equality-index


NWF (2023). New Science on Same-Sex Behavior in Wildlife. https//blog.nwf.org/2022/06/new-science-on-same-sex-behavior-in-wildlife/


OurWorldInData (2022). How many species are there? https://ourworldindata.org/how-many-species-are-there


ScientificAmerican (2019). Why Is Same-Sex Sexual Behavior So Common in Animals? https://blogs.scientificamerican.com/observations/why-is-same-sex-sexual-behavior-so-common-in-animals/




Post a Comment